Bunda melihat ada yang tak beres pada selaput putih mata dan kulit
si Kecil yang baru lahir? Tampak warna kekuningan muncul di wajah, dada,
punggung, bahkan pada kedua telapak kaki.
Apalagi jika dilihat dengan seksama di dalam ruang dengan
pencahayaan yang cukup terang. Kemungkinan bayi Bunda mengalami sakit kuning.
Sakit
kuning? Apa itu?
Sakit kuning (jaundice)
pada bayi alias bayi kuning atau ikterus
neonatorum adalah penyakit kuning
karena kadar bilirubin dalam darah terlalu tinggi. Umumnya hal ini terjadi pada
bayi usia 2-4 hari.
Bayi kuning biasanya dianggap wajar apalagi jika terjadi pada bayi
yang kurang bulan (lahir sebelum 38 minggu). Sebagian kasus juga terjadi pada
bayi yang mengkonsumsi ASI.
Kuning tersebut muncul karena hati bayi yang belum matang.
Sehingga belum maksimal dalam meminimalisir kadar bilirubin dalam aliran darah.
Meski begitu, adakalanya penyebab kuning terjadi karena penyakit lain. Kondisi
ini perlu diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis.
Ciri-ciri
bayi kuning
Apa saja ciri-ciri sakit kuning? Berikut ini tanda-tanda yang
terlihat secara fisik:
- Warna kekuningan pada bagian kulit bayi mulai dari dahi, leher, dada, punggung.
- Selain tampak dari kulit, ciri bayi kuning yang paling kentara adalah perubahan warna selaput menjadi kekuningan. Bisa dilihat pada sklera mata atau gusi bayi yang terlihat kuning dan kusam.
- Warna urine bayi tampak pekat. Walaupun warna urine bayi yang normal adalah tak berwarna.
- Normalnya pup bayi yang mengkonsumsi ASI eksklusif berwarna kuning terang dengan tekstur butiran seperti biji cabai. Sementara bayi kuning memiliki kotoran atau pup bayi yang berwarna lebih pucat.
- Jika tinja bayi terlihat pucat seperti dempul, bayi harus segera diperiksa di pusat kesehatan.
Waspada jika
ciri-ciri ini muncul pada bayi:
- Gejala kuning muncul pada bayi baru lahir di bawah 24 jam.
- Bayi tidur terus-menerus. Tidak mau dibangunkan.
- Bayi tampak lemas, terkulai, dan kurang aktif.
- Bayi enggan minum ASI. Meski dibangunkan, ia akan tertidur lagi.
- Demam mencapai 38 derajat Celcius atau lebih.
- Sesak nafas.
- Kuning meluas hingga ke telapak kaki.
- Berat badan turun.
Penyebab
Bayi Kuning
Saat bayi lahir organ hati belum optimal dalam mengeliminasi
bilirubin. Bilirubin sendiri merupakan zat dari hasil pemecahan sel darah
merah. Pada bayi yang baru lahir, sel darah merah diolah menjadi bilirubin yang
lebih tinggi.
Bilirubin umumnya diolah di bagian organ hati yang bertugas
membuang zat ini melalui urine dan feses. Jika hati berfungsi normal, akan
tampak bahwa warna kekuningan terbuang pada urine dan kotoran bayi.
Sebaliknya, karena hati bayi baru lahir belum matang, membuat
bilirubin tertahan pada aliran darah dan berdampak pada kulit bayi. Bahkan
dalam kondisi serius, kadar bilirubin yang terlalu tinggi bisa merusak otak
bayi.
Angka bayi kuning fisiologis dialami sekitar 50% pada bayi lahir
cukup bulan dan 75% bayi kurang bulan. Meski demikian bukan berarti kondisi ini
bisa diremehkan. Karena risiko berbahaya akibat kelebihan bilirubin ini juga
bisa terjadi.
Cara Merawat dan Mengatasi Bayi Kuning
Mayoritas bayi baru lahir mengalami sakit kuning ringan atau
disebut juga penyakit kuning fisiologis. Bayi kuning fisiologis lazim terjadi
dan tidak berbahaya karena bisa normal kembali dalam waktu 2-3 minggu.
Cara merawat dan menangani bayi kuning fisiologis adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian
ASI
Bunda bisa memberikan ASI eksklusif setiap 2 jam atau sesering
mungkin. Jika bayi menolak menyusu karena tidur, upayakan untuk membangunkannya
dengan lembut. ASI berperan penting dalam produksi urine dan feses sehingga
kelebihan bilirubin bisa terbuang. Semakin sering bayi pipis atau pup, semakin
baik untuk mempercepat pembuangan bilirubin.
2. Menjemur
Bayi di Pagi Hari
Secara tradisional, para ibu sejak dulu menjemur bayi sebagai
solusi mengatasi penyakit kuning. Hanya memakai popok dan penutup mata, si Bayi
dijemur setiap pagi agar kulitnya terpapar sinar matahari selama kurang lebih
30 menit. Menurut penelitian, metode ini efektif untuk mengatasi
kuning pada bayi jika dilakukan dengan benar. Sinar matahari pada pukul 07.00 hingga 10.00 bermanfaat untuk
memecah bilirubin indirek. Sehingga hati bayi bisa mengurainya dengan mudah.
3. Fototerapi
Fototerapi adalah salah satu cara penanganan bayi kuning yang
biasa disarankan oleh dokter dengan menyinari bayi dengan cahaya lampu khusus
dengan spektrum biru selama 2 x 24 jam atau 3 x 24 jam. Metode penyinaran ini
tergolong aman dan minim efek samping.
Fototerapi dilakukan dengan menempatkan bayi pada tempat khusus.
Sinar biru dari lampu khusus dipaparkan pada sekujur tubuh bayi, kecuali pada
daerah alat kelamin dan mata (kedua bagian ini ditutup). Fungsi sinar biru
adalah untuk membantu mempercepat pemecahan bilirubin dalam darah dan
membuangnya lewat urine dan feses.
Saat dilakukan fototerapi, bayi biasanya lebih cepat haus sehingga
Bunda perlu menyusuinya setiap 3-4 jam atau sesuai keperluan. Beberapa ibu
memilih untuk memerah ASI dan memberikannya ke perawat untuk diberikan pada
bayi tanpa memutus durasi sesi fototerapi.
4. Transfusi
Tukar
Bila fototerapi belum efektif menangani bayi kuning, dokter
mungkin menerapkan transfusi tukar. Apalagi jika level bilirubin tinggi dalam
jangka waktu yang lama. Caranya, darah bayi akan diganti dengan darah baru dari
pendonor.
Fungsi darah baru ini adalah untuk menggantikan sel darah merah
bayi yang rusak dengan yang sehat. Proses ini dilakukan untuk menaikkan kadar
sel darah merah dan mengeliminasi bilirubin pada tubuh si Kecil.
Jangan lupa follow akun sosial media kami di: